Beritain News – Nasionalisme Tangkal Hoaks dan Radikalisme, Penyebaran radikalisme dan hoaks masih menjadi ancaman bersama di era digital seperti saat ini. Oleh sebab itu, diperlukan penguatan nasionalisme yang efektif menangkal ancaman tersebut.
Seiring berkembangnya teknologi dan semakin banyaknya masyarakat yang memanfaatkan kecanggihan internet, hoaks ataupun berita bohong dapat dengan cepat menyebar ke berbagai gawai. Informasi di Internet dapat menyebar dengan sangat cepat hanya dengan 2 kali klik saja.
Masyarakat diharapkan untuk selalu bijak dalam menggunakan internet. Ada dua hal yang harus dihindari dan diwaspadai ketika kita mengakses internet, yang pertama adalah kabar bohong atau hoax dan radikalisme.
Sehingga penting bagi kita untuk memiliki literasi tentang wawasan kebangsaan dan kemajemukan, agar dapat menangkal kabar bohong dan paham radikalisme.
Gandi Sucipto dari Digimom Indonesia dan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) mengatakan, berdasarkan survei, alasan seseorang mengakses internet, sebagian besar adalah untuk mendapatkan informasi. Kemudian Gandi menuturkan bahwa alasan lain adalah untuk menemukan ide dan inspirasi, serta untuk mencari teman dan keluarga, termasuk media sosial. Ia menyebutkan bahwa media sosial yang paling banyak digunakan oleh warganet di tanah air adalah WhatsApp, Instagram, Facebook serta TikTok.
Di sisi lain, tidak hanya bermanfaat, internet maupun media sosial juga mengandung banyak hal negatif seperti masifnya peredaran berita bohong atau hoax. Oleh sebab itu, warganet juga harus bijak dalam memeriksa kebenaran informasi serta dapat menyaring berita sebelum menyebarkannya ke media sosial.
Semestinya berbagai macam aplikasi media digital yang sering digunakan, seharusnya bisa menjadi ajang untuk memberikan dukungan kegiatan kolaboratif dan interaksi antar pengguna secara positif.
Staff Dokumentasi Prokopim sekaligus Relawan Teknologi Informasi dan Komunikasi Singkawang, Charis Dominggus menuturkan, kemudahan dan semakin canggihnya teknologi digital, menjadi tantangan baru dalam kebudayaan bangsa Indonesia. Dominggus mencontohkan, misal mengaburnya wawasan kebangsaan, menipisnya nilai keopanan dan kesentunan, serta ancaman radikalisme melalui media sosial.
Radikalisme sendiri dapat diartikan sebagai paham atau aliran yang menginginkan pembaharuan sosial dan politik melalui cara kekerasan dan drastis. Anggota kelompok ini akan selalu menunjukkan bahwa ideologinyalah yang paling sempurna, dan kelompok yang berseberangan layak untuk dimusuhi bahkan kalau perlu diteror.